koding

Selamat Datang di Laman Situs Hindu- Budha Kawasan Sumatera, Madura, dan Kalimantan Republik Indonesia. Selamat Menambah ilmu. Lestarikan Cagar Budaya Kita ! Sadarkan Masyarakat Kita ! UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR:PM.49/UM.001/MKP/2009 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA DAN SITUS.

Sabtu, 28 April 2012

CANDI TANJUNG MEDAN

PROVINSI SUMATERA BARAT
Kabupaten Pasaman


       Candi Tanjung Medan terletak di Jorong Petok, Kecamatan Panti, Kenagarian Panti, Kabupaten Pasaman, berjarak sekitar 200 m dari jalan provinsi yang menghubungkan Provinsi Sumatera Utara dengan Sumatera Barat. Secara astronomis situs ini berada pada titik 00º 17’ 507’’ LU dan 100° 06’ 099’’ BT. Lokasi kompleks Candi Tanjung Medan berada tidak jauh dari kanal irigasi Panti – Rao selebar 4 m yang memotong sebagian areal situs. Kawasan Candi Tanjung Medan dialiri dua buah sungai yaitu Batang Pauh Gadis dan Batang Sumpur. 
      Masyarakat menyebut Candi Tanjung Medan sebagai Candi Puti Sangkar Bulan, tokoh yang oleh masyarakat dimitoskan karena kesaktiannya. Konon tokoh tersebut yang dimakamkan tidak jauh dari kompleks percandian tersebut. Keberadaan percandian tersebut telah dilaporkan sebelumnya oleh Gubernur Pantai Barat Sumatera (Gouverneur van Sumatra’s Westkust) pada tahun 1865 kepada Direktur Bataviaasch Genootschap di Jakarta. Dalam laporannya disebutkan bahwa bangunan percandian tersebut bentuknya menyerupai menara yang dikelilingi empat teras dan memiliki dua kamar (OV, 1912:36). Analisis terhadap inskripsi pendek berupa delapan buah kelopak bunga emas yang dilakukan Bosch pada tahun 1950 terbaca pertulisan: hum (om) Aksobya.. phat, hum (om) Amoghasiddi..phat dan hum (om) Ratnasambhava..phat diketahui bahwa bangunan candi tersebut memiliki sifat keagamaan berupa Buddha Mahayana. Nama-nama Dewa, Amogasiddi dan Ratnasambhava merupakan perwujudan Dyanibuddha yang menguasai arah timur dan barat, sedangkan Aksobya merupakan simbol merupakan dewa yang diutamakan. Diperkirakan pertulisan ini berasal dari abad 12 Masehi (OV, 1950 dan Schnitger,1937:14).
      Sejarah penemuan candi berkaitan dengan pembangunan saluran irigasi untuk mengairi areal persawahan. Dalam penggalian pembuatan saluran irigasi ini secara tak sengaja ditemukan potongan-potongan bata dan bata berstruktur yang ternyata bagian dari candi. Atas desakan warga sebagai langkah penyelamatan situs maka lintasan saluran irigasi dibelokkan agak jauh dari pembangunan candi. Kompleks Candi Tanjung Medan terdiri dari beberapa unit bangunan yang meliputi bangunan candi I sampai dengan VI. Adapun bangunan candi V dan VI kondisinya masih berada dalam tanah, ditandai dengan keberadaan gundukan dan serakan bata di permukaan tanahnya. Candi I dan II telah dipugar oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Batusangkar (kini BPCB Batusangkar). Bagian depan kedua bangunan ini posisinya saling berhadapan. Bangunan yang tersisa dan berhasil dipugar saat ini hanya sebatas bagian dasar candi.       

  Candi I berbentuk persegiempat dengan anak tangga di sisi timur dengan konstruksi tangga menjorok. Di bagian atas tidak ditemukan kelanjutan sehingga susunan batanya dibuat mendatar. Di sisi utara, selatan dan barat bangunan tersebut terdapat tumpukan bata yang tertata dalam posisi rebah, yang merupakan runtuhan dari bagian tubuh candi.   Bangunan candi IV dilindungi oleh cungkup. Bentuk bangunannya hampir sama, struktur bata polos berundak membentuk bagian dasar dan sebagian badan bangunan. Di bagian atas terdapat isian yang menggunakan bahan yang sama dengan candi III yaitu tanah. Bangunan ini dilengkapi dengan tangga di sisi timur
              
   


 Candi V

      Beberapa temuan lepas disimpan di gudang penyimpanan, terdiri dari enam buah fragmenbatu yang telah mengalami pengerjaan. Batu-batu tersebut mengalami pengerjaan namun tidak diketahui secara pasti fungsinya. Fragmen-fragmen batu tersebut antara lain berupa puncak bangunan atau lingga-yoni (?), lumpang batu, serta beberapa pecahan keramik. Temuan batu andesit yang pertama lebih menyerupai batupenggilasan, diketahui dari bagian tengahnya yang cekung. Bagian tepi atas datar sedangkan tengahnya cekung. Fragmen batu kedua tidak diketahui fungsinya, kemungkinan merupakan bagian sudut dengan pahatan miring. Fragmen batu ketiga merupakan batu granit yang tidak diketahui fungsinya. Batu-batu tersebut ditemukan dalam areal percandian, berasosiasi dengan bangunan-bangunan candi. Temuan lain berupa nisan atau kemuncak bangunan beserta lapiknya. Lapik berbentuk persegiempat terdiri dari dua tingkat dengan bagian atas mengecil. Di bagian tengah terdapat lubang persegiempat tempat meletakkan nisan yang berbentuk gada dengan bagian bawah hiasan berbentuk bulat, sedangkan bagian atasnya berbentuk persegi delapan dan semakin ke atas semakin mengecil. Fragmen batu lainnya berbentuk menyerupai gada persegi delapan, bagian bawah hilang. Adapun temuan lainnya berupa lumpang batu. Bentuknya tidak beraturan, dan di bagian tengah terdapat lubang bekas pengerjaan. Beberapa temuan lain adalah fragmen keramik berwarna hijau dan krem. Keramik Cina dengan dasar warna hijau memiliki pola hias bermotif sulur, sedangkan keramik dengan dasar warna krem berglasir pecah seribu, keduanya diperkirakan berasal dari abad 13 – 14 M.
        Berdasarkan hasil pemugaran yang dilakukan oleh BP3 Batusangkar diketahui bahwa di kompleks percandian Tanjung Medan setidaknya terdapat enam buah bangunan berbahan bata. Berdasarkan keletakan tangga bangunannya diperkirakan bangunan candi ini memiliki persamaan dengan candi di situs Muara Jambi (abad IX – XII Masehi), yaitu memiliki pola keletakan tangga yang linier (Atmojo,1999).
Sumber ( dengan perubahan) :
Daftar Candi Wikipedia Indonesia
Oetomo, R.W. Penelitian Arkeologi di Eks Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Medan: Balai Arkeologi Medan.

Tidak ada komentar: