Kondisi Situs
Situs Padang Candi terletak di Dusun IV Betung / Botuang, Desa Sangau, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Lokasi secara astronomis situs berada pada koordinat 00° 39.578’ LS dan 101° 28.978’ BT. Situs ini berada di areal permukiman penduduk dan lahan pertanian yang ditanami palawija dan karet. Dekat situs mengalir Sungai / Batang Salo yang masih merupakan DAS Batang Kuantan. Beberapa tempat di wilayah Dusun IV Betung, Desa Sangau, dicurigai merupakan areal yang mengandung tinggalan arkeologis hal itu diindikasikan oleh banyaknya bata maupun pecahan bata dan batuan sedimen yang menunjukkan adanya bekas pengerjaan, serta temuan artefaktual lain oleh warga masyarakat baik di permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah sewaktu mereka menggarap lahannya.
Situs Padang Candi terletak di Dusun IV Betung / Botuang, Desa Sangau, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Lokasi secara astronomis situs berada pada koordinat 00° 39.578’ LS dan 101° 28.978’ BT. Situs ini berada di areal permukiman penduduk dan lahan pertanian yang ditanami palawija dan karet. Dekat situs mengalir Sungai / Batang Salo yang masih merupakan DAS Batang Kuantan. Beberapa tempat di wilayah Dusun IV Betung, Desa Sangau, dicurigai merupakan areal yang mengandung tinggalan arkeologis hal itu diindikasikan oleh banyaknya bata maupun pecahan bata dan batuan sedimen yang menunjukkan adanya bekas pengerjaan, serta temuan artefaktual lain oleh warga masyarakat baik di permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah sewaktu mereka menggarap lahannya.
Gambar 1. Peta lokasi situs padang candi
Sumber : Taim ( 2011, p.1)
Berdasar keterangan masyarakat, di situs Padang Candi sering didapat
beragam pecahan keramik serta bata berbagai ukuran. Dusun Botuang ini
banyak tinggalan-tinggalan arkeologi yang sering ditemukan penduduk
setempat secara tak sengaja, sewaktu menggali tanah untuk berkebun dan
atau hanya sekedar menata halaman rumah, seperti perhiasan yang terbuat
dari emas: cincin, kalung, gelang, juga jarum penjahit dan mata kail.
Menurut cerita penduduk setempat, Herlita menceritakan awal temuan ini,
ketika salah seorang penduduk bermimpi didatangi orang tak dikenal untuk
menggali sebuah guci yang berisikan perhiasan, setelah digali ditempat
yang ditunjukkan orang tak dikenal dalam mimpim itu. Namun sayang guci
itu kembali membenamkan diri, karena "Sewaktu bermimpi guci itu minta
didarahi dengan darah Kambing Hitam, karena sulit didapat diganti dengan
darah Anjing Hitam, makanya dia kembali tenggelam kedalam tanah,”
terang Herlita. Hal ini
dibenarkan oleh Rabu Jailani Kepala Dusun Botuang, “semenjak itu banyak
masyarakat yang mengambil tanah disekitar bekas penggalian guci itu
untuk didulang di Sungai Salo, dan menemukan emas, malahan ada yang
telah berbentuk cincin, gelang, mata kail dan jarum penjahit,
kejadiannya sekitar tahun tujuh puluhan,” kata Rabu Jailani. Karena
suatu hal penggalian di bekas ditemukannya guci itu dihentikan atas
kesepakatan tokoh-tokoh adat Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal.
Gambar 2. Peta ekskavasi situs
Sumber : Taim ( 2011, p.1)
Penemuan selain perhiasan yang terbuat dari emas yang paling sering ditemukan
penduduk setempat adalah batu bata kuno, berukuran sekitar satu jengkal
kali dua jengkal persegi—jengkal orang dewasa. “Kalau kita gali dengan
kedalaman sekitar satu meter saja, kita bisa menemukan batu bata kuno
ini masih tersusun rapi didalam tanah,” kata Rabu Jailani. Dari
ditemukannya batu bata kuno tersebut banyak dilakukan
penelitian-penelitian dan penggalian-penggalian. Pada tahun 1955 pernah
dilakukan penggalian dan menemukan Arca sebesar botol, dan Arca tersebut
sampai sekarang tidak diketahui lagi keberadaannya. Pada tahun 2005 Balai Arkeologi Medan melakukan penelitian untuk
pertamakalinya di desa ini. Dari hasil penelitian ini, selain
artefak-artefak lepas yang ditemukan penduduk, melalui kegiatan
ekskavasi berhasil mengungkapkan sisa –sisa susunan struktur bangunan
dari bata merah pada lereng salah satu bukit ( bukit terbesar disebut
“bukit betung”). Temuan struktur lain yang ditemukan tidak jauh dari
permukiman penduduk juga berupa susunan sisa struktur batu . Penelitian
ini dapat berlangsung atas izin dari pemilik tanah atau kebun tempat
dilaksanakan penggalian. Pada penelitian selanjutnya tahun 2007
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Daratan namun penelitian
yang kedua ini menuai masalah karena tidak berkoodinasi dengan Dinas
Kebudayaan setempat. Pada tahun 2010 , Kantor Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Pemerintah Daerah kembali melakukan penelitian di situs ini
dengan berkerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi
Nasional. Pada penelitian terakhir ini, kantor Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Kuantan Sengingi dan tokoh masyarakat Kabupaten
Kuantan Sengingi juga dilibatkan. Akan tetapi beberapa masalah tetap
muncul pada awal pelaksanaan penelitian akibat kurangnya komunikasi
dengan penduduk setempat.
Gambar 3. Sisa bata situs
Sumber : Kuansing corner (2011, p.1)
Hasil Penelitian
Beberapa penelitian telah dilakukan di situs ini, baik oleh Balai
Arkeologi Medan maupun Pemerintah Daerah Provinsi Riau bekerjasama
dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, berhasil mengungkapkan
temuan –temuan yang cukup penting dari situs ini. Temuan-temuan tersebut
antara lain susunan struktur bata yang mengindikasikan sebuah sisa
bangunan yang cukup besar, pecahan –pecahan tembikar dan keramik asing ,
serta lempengan prasasti emas. Dari hasil analisa bentuk, meski hanya
sekitar 25% saja dari seluruh temuan pecahan yang dapat diketahui bentuk
asalnya. Pecahan tembikar yang ditemukan di situs ini terdiri dari
tutup; kendi ; periuk dan tembikar jenis fine paste ware merupakan
tembikar non local umumnya ditemukan dalam bentuk kendi.
Gambar 4. Pecahan cucuk kendi dan tutup tembikar temuan ekskavasi tahun 2010
Sumber : Taim ( 2011, p.1)
Temuan lain yang berbentuk pecahan wadah adalah dari jenis keramik asing
(non local). Pada jenis temuan ini analisis tidak saja dalam bentuk
asal (utuh) pecahan tersebut, tetapi juga analisis tempat asal dan asal
masa (periode) keramik tersebut dibuat. Dari analisis bentuk asal (utuh )
pecahan keramik asing di situs Padang Candi terdiri dari bentuk wadah :
mangkuk, tempayan, guci, buli-buli (guci kecil), pasu, vas, tutup dan
beberapa pecahan sudah sudah sangat sulit untuk diketahui lagi bentuk
asalnya. Hasil analisa periode masa dan asal keramik asing yang
ditemukan di situs ini dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 5. Sebaran penanggalan keramik asing
Sumber : Taim ( 2011, p.1)
Nampak dalam table kronologi di atas bahwa keramik Cina masa dinasti
Song khususnya masa dinasti Song utara abad 11-12 M merupakan keramik
yang terbanyak ditemukan. Populasi keramik asing kedua yang terbanyak
ditemukan adalah keramik masa 5 dinasti atau masa dinasti Tang akhir
yaitu abad 9- 10 M dari jenis Yue ware. Keramik Cina lainnya yang
ditemukan di situs ini adalah keramik masa dinasti Yuan abad 13-14 M dan
keramik masa dinasti Ming dari abad 16-17M jenis Swatow ware. Jenis keramik asing asal Asia Tenggara juga ditemukan
antara lain keramik Vietnam (atau Annamese Ware) dan keramik Thailand ,
keduanya berasal dari abad 15-16 M.
Gambar 5. Pecahan keramik asing
Sumber : Taim ( 2011, p.1)
Temuan yang cukup signifikan pada situs ini adalah temuan berupa
prasasti lempengan emas. Prasasti ini berjumlah 2 buah ini ditemukan
olah penduduk setempat ketika membangun fondasi rumah dalam bentuk
gulungan. Prasasti pertama, berukuran panjang 8 cm , lebar 3 cm , tebal 1
mm bertulisan aksara Jawa Kuna dan berbahasa Sanskerta. Berdasarkan
hasil pembacaan oleh epigraf Dr. Rita M.S., prasasti tersebut berisikan
mantra-mantra agama Buddha (Soedewo , Ery ; 2009).
Gambar 6. Prasasti emas pertama
Sumber : Taim ( 2011, p.1)
Lembar prasasti kedua yang ditemukan tidak jauh dari lembar pertama,
tidak begitu dapat di baca karena kondisi huruf/aksaranya sudah tidak
begitu jelas. Prasasti yang kedua ini ditemukan dalam kondisi tergulung (
sama seperti prasasti pertama) dan di tengah gulungan tersebut terdapat
batu mulia (mirah?) yang sudah terbelah ( Eka Asih P. Taim, dkk:2010).
Gambar 7. Prasasti emas kedua
Sumber : Taim ( 2011, p.1)
Sumber :
Indonesia. Puslitbang Arkenas. (2011). Situs padang candi, sebuah situs masa sriwijaya dan prospeknya di masa mendatang. Jakarta: Author
Kerajaan koto alang. (2011). Retrieved September, 22, 2016, from http://kuansingcorner.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar