koding

Selamat Datang di Laman Situs Hindu- Budha Kawasan Sumatera, Madura, dan Kalimantan Republik Indonesia. Selamat Menambah ilmu. Lestarikan Cagar Budaya Kita ! Sadarkan Masyarakat Kita ! UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR:PM.49/UM.001/MKP/2009 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA DAN SITUS.

Senin, 26 September 2016

Situs Padang Candi / Kerajaan Koto Alang - Kabupaten Kuantan Singingi - Riau

Kondisi Situs 
Situs Padang Candi terletak di Dusun IV Betung / Botuang, Desa Sangau, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Lokasi secara astronomis situs berada pada koordinat 00° 39.578’ LS dan 101° 28.978’ BT. Situs ini berada di areal permukiman penduduk dan lahan pertanian yang ditanami palawija dan karet. Dekat situs mengalir Sungai / Batang Salo yang masih merupakan DAS Batang Kuantan. Beberapa tempat di wilayah Dusun IV Betung, Desa Sangau, dicurigai merupakan areal yang mengandung tinggalan arkeologis hal itu diindikasikan oleh banyaknya bata maupun pecahan bata dan batuan sedimen yang menunjukkan adanya bekas pengerjaan, serta temuan artefaktual lain oleh warga masyarakat baik di permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah sewaktu mereka menggarap lahannya.

 
Gambar 1. Peta lokasi situs padang candi
Sumber : Taim ( 2011, p.1)

Berdasar keterangan masyarakat, di situs Padang Candi sering didapat beragam pecahan keramik serta bata berbagai ukuran. Dusun Botuang ini banyak tinggalan-tinggalan arkeologi yang sering ditemukan penduduk setempat secara tak sengaja, sewaktu menggali tanah untuk berkebun dan atau hanya sekedar menata halaman rumah, seperti perhiasan yang terbuat dari emas: cincin, kalung, gelang, juga jarum penjahit dan mata kail. Menurut cerita penduduk setempat, Herlita menceritakan awal temuan ini, ketika salah seorang penduduk bermimpi didatangi orang tak dikenal untuk menggali sebuah guci yang berisikan perhiasan, setelah digali ditempat yang ditunjukkan orang tak dikenal dalam mimpim itu. Namun sayang guci itu kembali membenamkan diri, karena "Sewaktu bermimpi guci itu minta didarahi dengan darah Kambing Hitam, karena sulit didapat diganti dengan darah Anjing Hitam, makanya dia kembali tenggelam kedalam tanah,” terang Herlita. Hal ini dibenarkan oleh Rabu Jailani Kepala Dusun Botuang, “semenjak itu banyak masyarakat yang mengambil tanah disekitar bekas penggalian guci itu untuk didulang di Sungai Salo, dan menemukan emas, malahan ada yang telah berbentuk cincin, gelang, mata kail dan jarum penjahit, kejadiannya sekitar tahun tujuh puluhan,” kata Rabu Jailani. Karena suatu hal penggalian di bekas ditemukannya guci itu dihentikan atas kesepakatan tokoh-tokoh adat Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal.


 
Gambar 2. Peta ekskavasi situs
Sumber : Taim ( 2011, p.1)

Penemuan selain perhiasan yang terbuat dari emas yang paling sering ditemukan penduduk setempat adalah batu bata kuno, berukuran sekitar satu jengkal kali dua jengkal persegi—jengkal orang dewasa. “Kalau kita gali dengan kedalaman sekitar satu meter saja, kita bisa menemukan batu bata kuno ini masih tersusun rapi didalam tanah,” kata Rabu Jailani. Dari ditemukannya batu bata kuno tersebut banyak dilakukan penelitian-penelitian dan penggalian-penggalian. Pada tahun 1955 pernah dilakukan penggalian dan menemukan Arca sebesar botol, dan Arca tersebut sampai sekarang tidak diketahui lagi keberadaannya. Pada tahun 2005 Balai Arkeologi Medan melakukan penelitian untuk pertamakalinya di desa ini. Dari hasil penelitian ini, selain artefak-artefak lepas yang ditemukan penduduk, melalui kegiatan ekskavasi berhasil mengungkapkan sisa –sisa susunan struktur bangunan dari bata merah pada lereng salah satu bukit ( bukit terbesar disebut “bukit betung”). Temuan struktur lain yang ditemukan tidak jauh dari permukiman penduduk juga berupa susunan sisa struktur batu . Penelitian ini dapat berlangsung atas izin dari pemilik tanah atau kebun tempat dilaksanakan penggalian. Pada penelitian selanjutnya tahun 2007 dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Daratan namun penelitian yang kedua ini menuai masalah karena tidak berkoodinasi dengan Dinas Kebudayaan setempat. Pada tahun 2010 , Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Daerah kembali melakukan penelitian di situs ini dengan berkerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Pada penelitian terakhir ini, kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kuantan Sengingi dan tokoh masyarakat Kabupaten Kuantan Sengingi juga dilibatkan. Akan tetapi beberapa masalah tetap muncul pada awal pelaksanaan penelitian akibat kurangnya komunikasi dengan penduduk setempat.

 
Gambar 3. Sisa bata situs
Sumber : Kuansing corner (2011, p.1)

Hasil Penelitian
Beberapa penelitian telah dilakukan di situs ini, baik oleh Balai Arkeologi Medan maupun Pemerintah Daerah Provinsi Riau bekerjasama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, berhasil mengungkapkan temuan –temuan yang cukup penting dari situs ini. Temuan-temuan tersebut antara lain susunan struktur bata yang mengindikasikan sebuah sisa bangunan yang cukup besar, pecahan –pecahan tembikar dan keramik asing , serta lempengan prasasti emas. Dari hasil analisa bentuk, meski hanya sekitar 25% saja dari seluruh temuan pecahan yang dapat diketahui bentuk asalnya. Pecahan tembikar yang ditemukan di situs ini terdiri dari tutup; kendi ; periuk dan tembikar jenis fine paste ware merupakan tembikar non local umumnya ditemukan dalam bentuk kendi.

   
Gambar 4.  Pecahan cucuk kendi dan tutup tembikar temuan ekskavasi tahun 2010
Sumber : Taim ( 2011, p.1)

Temuan lain yang berbentuk pecahan wadah adalah dari jenis keramik asing (non local). Pada jenis temuan ini analisis tidak saja dalam bentuk asal (utuh) pecahan tersebut, tetapi juga analisis tempat asal dan asal masa (periode) keramik tersebut dibuat. Dari analisis bentuk asal (utuh ) pecahan keramik asing di situs Padang Candi terdiri dari bentuk wadah : mangkuk, tempayan, guci, buli-buli (guci kecil), pasu, vas, tutup dan beberapa pecahan sudah sudah sangat sulit untuk diketahui lagi bentuk asalnya. Hasil analisa periode masa dan asal keramik asing yang ditemukan di situs ini dapat dilihat pada grafik berikut :

 
Gambar 5. Sebaran penanggalan keramik asing
 Sumber : Taim ( 2011, p.1)

Nampak dalam table kronologi di atas bahwa keramik Cina masa dinasti Song khususnya masa dinasti Song utara abad 11-12 M merupakan keramik yang terbanyak ditemukan. Populasi keramik asing kedua yang terbanyak ditemukan adalah keramik masa 5 dinasti atau masa dinasti Tang akhir yaitu abad 9- 10 M dari jenis Yue ware. Keramik Cina lainnya yang ditemukan di situs ini adalah keramik masa dinasti Yuan abad 13-14 M dan keramik masa dinasti Ming dari abad 16-17M jenis Swatow ware. Jenis keramik asing asal Asia Tenggara juga ditemukan antara lain keramik Vietnam (atau Annamese Ware) dan keramik Thailand , keduanya berasal dari abad 15-16 M.

 
Gambar 5. Pecahan keramik asing
  Sumber : Taim ( 2011, p.1)

Temuan yang cukup signifikan pada situs ini adalah temuan berupa prasasti lempengan emas. Prasasti ini berjumlah 2 buah ini ditemukan olah penduduk setempat ketika membangun fondasi rumah dalam bentuk gulungan. Prasasti pertama, berukuran panjang 8 cm , lebar 3 cm , tebal 1 mm bertulisan aksara Jawa Kuna dan berbahasa Sanskerta. Berdasarkan hasil pembacaan oleh epigraf Dr. Rita M.S., prasasti tersebut berisikan mantra-mantra agama Buddha (Soedewo , Ery ; 2009).

 
Gambar 6. Prasasti emas pertama
  Sumber : Taim ( 2011, p.1)

Lembar prasasti kedua yang ditemukan tidak jauh dari lembar pertama, tidak begitu dapat di baca karena kondisi huruf/aksaranya sudah tidak begitu jelas. Prasasti yang kedua ini ditemukan dalam kondisi tergulung ( sama seperti prasasti pertama) dan di tengah gulungan tersebut terdapat batu mulia (mirah?) yang sudah terbelah ( Eka Asih P. Taim, dkk:2010).

 
Gambar 7. Prasasti emas kedua
 Sumber : Taim ( 2011, p.1)

Sumber :
Indonesia. Puslitbang Arkenas. (2011). Situs padang candi, sebuah situs masa sriwijaya dan prospeknya di masa mendatang. Jakarta: Author 
Kerajaan koto alang. (2011). Retrieved September, 22, 2016, from http://kuansingcorner.blogspot.co.id


 

Tidak ada komentar: